Di timeline FB saya belakangan ini sedang ramai yang berbagi info tentang modus kejahatan yang terjadi di Banda Aceh, baru-baru ini.
Kejadiannya terjadi malam hari, saat lingkungan perumahan sepi karena warga sedang melakukan shalat tarawih di masjid. Di rumah satu warga, kelompok perampok yang terdiri dari dua orang memulai aksinya dengan cara memutus aliran listrik dari meteran di luar. Si korban yang sadar listriknya turun, langsung keluar untuk membetulkan meteran. Dan seketika, saat keluar rumah, si korban langsung dicekik dan dibekap. Beruntung, sebelum dibekap, korban dan anak-anaknya sempat berteriak dan akhirnya menarik perhatian warga lain. Satu perampok berhasil disergap, sementara satu orang lagi sempat melarikan diri dan sampai sekarang masih masuk daftar DPO.
Lain lagi cerita ibu saya. Beberapa hari lalu, beliau yang sedang berbelanja di supermarket didatangi seorang perempuan yang mengadu bahwa kartu penitipan barangnya hilang. Perempuan tersebut meminta tolong pada ibu saya. Ibu saya yang menangkap gelagat tak beres, cuek saja dan meminta perempuan itu langsung bertemu dengan CS supermarket tersebut. Ketika selesai belanja dan akan memasukkan barang ke mobil, perempuan tadi tiba-tiba saja sudah ada di samping ibu saya dan meminta uang dengan sedikit memaksa. Perempuan itu beralasan tidak punya uang untuk ongkos pulang. Karena saat itu ibu saya sendirian dan takut terjadi hal yang tidak diinginkan, dengan terpaksa akhirnya ibu saya memberinya sedikit uang.
Modus meminta uang secara paksa yang dialami ibu saya, juga pernah saya alami. Saat itu saya sedang ada janji berbuka puasa di salah satu mall di Medan. Sambil menunggu kedatangan teman, saya pergi melihat-lihat pakaian di department store yang ada di mall tersebut. Saat itu ada seorang perempuan yang gelagatnya aneh. Dia selalu ada di dekat saya, dan berkomentar aneh tentang pakaian yang dijual. Kebanyakan yang dikomentari adalah harganya. Saya yang risih mendengar komentarnya, langsung berusaha menjauh. Tapi dia lalu datang lagi, mendekat ke saya. Sampai akhirnya dia bertanya, jam berapa buka puasa di Medan? Dia mengaku dari Aceh dan baru hari ini tiba di Medan. Saya menjawab sekenanya, lalu kembali berusaha menjauh. Tapi dia kembali mendekati saya. Mulutnya terus-terusan nyerocos. Sampai di satu titik, dia mengatakan butuh uang. Saya katakan bahwa saya tidak ada uang. Dia membujuk-bujuk saya dengan segala cerita sedih, dan terus mendekati saya. Saya yang merasa sangat risih, terus berjalan menjauh, sampai bertemu dengan kumpulan pramuniaga department store yang sedang mengobrol. Di situ dia mulai berhenti mendekati saya. Saya langsung mengambil kesempatan untuk kabur.
Peristiwa itu langsung saya ceritakan ke teman saya. Ternyata, baru saja kemarin, temannya teman saya itu juga mengalami hal yang sama. Dan ciri-ciri pelakunya persis dengan yang 'mengganggu' saya tadi. Sayangnya, temannya teman saya sangat polos. Dia memberikan uang sejumlah yang diminta. Memang tak banyak, dia 'hanya' meminta Rp 20.000. Tapi bayangkan jika dalam 1 hari dia berhasil menipu banyak orang?
Pengalaman yang saya dan ibu saya alami dengan para pencuri bermodus pengemis itu, memang tak menyisakan luka fisik maupu psikis. Ya memang kami sangat terganggu dengan ulahnya, tapi berlebihan jika saya bilang karena itu psikis kami jadi terpengaruh. Tapi bukan berarti yang demikian itu dibenarkan. Kejahatan tetaplah kejahatan. Serapi apapun modisnya. Sehalus apapun caranya. Tetap berbuah dosa.
Entah berapa banyak lagi modus yang digunakan penjahat dalam memuaskan nafsunya. Apalagi sekarang, mendekati lebaran. Kabarnya tingkat kejahatan meningkat di masa-masa seperti ini. Mari kita lebih tingkatkan kewaspadaan. Karena para penjahat itu tidak akan memikirkan apapun, kecuali uang.
Kejadiannya terjadi malam hari, saat lingkungan perumahan sepi karena warga sedang melakukan shalat tarawih di masjid. Di rumah satu warga, kelompok perampok yang terdiri dari dua orang memulai aksinya dengan cara memutus aliran listrik dari meteran di luar. Si korban yang sadar listriknya turun, langsung keluar untuk membetulkan meteran. Dan seketika, saat keluar rumah, si korban langsung dicekik dan dibekap. Beruntung, sebelum dibekap, korban dan anak-anaknya sempat berteriak dan akhirnya menarik perhatian warga lain. Satu perampok berhasil disergap, sementara satu orang lagi sempat melarikan diri dan sampai sekarang masih masuk daftar DPO.
Lain lagi cerita ibu saya. Beberapa hari lalu, beliau yang sedang berbelanja di supermarket didatangi seorang perempuan yang mengadu bahwa kartu penitipan barangnya hilang. Perempuan tersebut meminta tolong pada ibu saya. Ibu saya yang menangkap gelagat tak beres, cuek saja dan meminta perempuan itu langsung bertemu dengan CS supermarket tersebut. Ketika selesai belanja dan akan memasukkan barang ke mobil, perempuan tadi tiba-tiba saja sudah ada di samping ibu saya dan meminta uang dengan sedikit memaksa. Perempuan itu beralasan tidak punya uang untuk ongkos pulang. Karena saat itu ibu saya sendirian dan takut terjadi hal yang tidak diinginkan, dengan terpaksa akhirnya ibu saya memberinya sedikit uang.
Modus meminta uang secara paksa yang dialami ibu saya, juga pernah saya alami. Saat itu saya sedang ada janji berbuka puasa di salah satu mall di Medan. Sambil menunggu kedatangan teman, saya pergi melihat-lihat pakaian di department store yang ada di mall tersebut. Saat itu ada seorang perempuan yang gelagatnya aneh. Dia selalu ada di dekat saya, dan berkomentar aneh tentang pakaian yang dijual. Kebanyakan yang dikomentari adalah harganya. Saya yang risih mendengar komentarnya, langsung berusaha menjauh. Tapi dia lalu datang lagi, mendekat ke saya. Sampai akhirnya dia bertanya, jam berapa buka puasa di Medan? Dia mengaku dari Aceh dan baru hari ini tiba di Medan. Saya menjawab sekenanya, lalu kembali berusaha menjauh. Tapi dia kembali mendekati saya. Mulutnya terus-terusan nyerocos. Sampai di satu titik, dia mengatakan butuh uang. Saya katakan bahwa saya tidak ada uang. Dia membujuk-bujuk saya dengan segala cerita sedih, dan terus mendekati saya. Saya yang merasa sangat risih, terus berjalan menjauh, sampai bertemu dengan kumpulan pramuniaga department store yang sedang mengobrol. Di situ dia mulai berhenti mendekati saya. Saya langsung mengambil kesempatan untuk kabur.
Peristiwa itu langsung saya ceritakan ke teman saya. Ternyata, baru saja kemarin, temannya teman saya itu juga mengalami hal yang sama. Dan ciri-ciri pelakunya persis dengan yang 'mengganggu' saya tadi. Sayangnya, temannya teman saya sangat polos. Dia memberikan uang sejumlah yang diminta. Memang tak banyak, dia 'hanya' meminta Rp 20.000. Tapi bayangkan jika dalam 1 hari dia berhasil menipu banyak orang?
Pengalaman yang saya dan ibu saya alami dengan para pencuri bermodus pengemis itu, memang tak menyisakan luka fisik maupu psikis. Ya memang kami sangat terganggu dengan ulahnya, tapi berlebihan jika saya bilang karena itu psikis kami jadi terpengaruh. Tapi bukan berarti yang demikian itu dibenarkan. Kejahatan tetaplah kejahatan. Serapi apapun modisnya. Sehalus apapun caranya. Tetap berbuah dosa.
Entah berapa banyak lagi modus yang digunakan penjahat dalam memuaskan nafsunya. Apalagi sekarang, mendekati lebaran. Kabarnya tingkat kejahatan meningkat di masa-masa seperti ini. Mari kita lebih tingkatkan kewaspadaan. Karena para penjahat itu tidak akan memikirkan apapun, kecuali uang.
Halo Ibu dan Bapak
ReplyDeleteApakah Anda mencari pinjaman? , baik untuk bisnis atau untuk pelaksanaan peluncuran proyek, baik untuk membeli Anda apartemen atau membayar utang. Saya seorang pemberi pinjaman pribadi yang menawarkan jasa saya pinjaman antara individu swasta di bidang-bidang berikut:
- PINJAMAN PRIBADI
- REAL ESTATE LOAN
- PINJAMAN HIPOTEK
- AUTO LOAN
- PINJAMAN REDEMPTION OF DEBT
- PINJAMAN MODAL KENAIKAN
- PINJAMAN LAIN
Tingkat bunga kami adalah 2%, Anda dapat menghubungi kami melalui email: mariamsuleimanloanfirm@gmail.com untuk pinjaman Anda hari ini.
Ibu Mariam.