Tak ingatkah saat bayi,
Ketika satu kata saja yang keluar dari mulut mungilnya, bisa membuatmu memujinya pintar
Namun kemudian kau kerap mengatainya bodoh, saat dia tak bisa mengerti pelajaran matematika
Saat tangan mungilnya menyentuh pipimu dengan lembut, sementara mulutnya dengan semangat menghisap air susu darimu.
Namun kemudian pipinya penuh bekas tamparan darimu, hanya karena dia memecahkan keramik kesayanganmu.
Mengapa hanya saat bayi, dia kau buai. Sedang ketika tumbuh besar, dia seolah ingin kau buang. Kau menyesal karena memiliki anak yang kau sebut nakal. Berharap mereka tak dilahirkan dari rahimmu. Beruntunglah, dalam hal itu kalian sepakat. Mereka pun tak ingin dilahirkan dari rahim kalian, para orang tua yang tak kenal kasih sayang.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar... :)