Orong-orong

Menjelang keberangkatan ke Semarang, saya membeli oleh-oleh berupa orong-orong pesanan suami.  Orong-orong, binatang kecil yang jalan mundur ituh? Bukan, ciyyyn...  Ini orong-orong sejenis kerupuk.  Bentuknya seperti semprong.  Mungkin kebanyakan orang di luar Sumatera kurang mengenalnya, ya? Karena kakak ipar saya juga pada bingung, "Orong-orong? Apaan tuh?"

Orong-orong yang paling eksis sampai sekarang adalah orong-orong 41.  Kebanyakan orang juga sukanya orong-orong 41, karena rasa 'jadul'-nya sampe sekarang ga berubah sedikitpun.  Akhirnya saya berburu orong-orong 41 di supermarket.

Kalau orong-orong 41 yang beredar di warung dan pasar tradisional memiliki bungkus transparan yang tipis (lumayan cepat amem), di salah satu supermarket saya menjumpai orong-orong 41 premium pack.  Harga cukup mahal dibanding yang bungkus transparan.  Sekitar Rp 11.000-an per pack dengan isi 8 bungkus kecil.  Sementara yang di warung-warung hanya Rp 500/bungkus kecil.  Isinya sama banyaknya, antara yang transparan dan premium pack.  Rasanya juga sama saja.  Bedanya, kerenyahan isi dalam premium pack tetap terjaga.

Setiba di Semarang, orong-orong menjadi oleh-oleh yang paling laris.  Meski awalnya para kakak ipar bertanya-tanya, setelah merasakannya, mereka malah nagih.  Kalau abang ipar ga pake banyak nanya, karena mereka menghabiskan masa kecil di Medan.  Orong-orong 41 adalah jajanan sejak mereka kecil (90an), jadi mereka seolah-oleh bernostalgia dengan rasa orong-orong tersebut.

Yang lebih lucu, ponakan saya, Sarah.  Awalnya dia menolak saat ditawari orong-orong.  Setelah melihat yang lain memakanannya, Sarah merasakan orong-orong dan suka juga.  Yaa, siapa yang bisa menolak kerupuk renyah dengan rasa yang gurih? Sarah malah membawa orong-orong saat kami pergi ke mall Paragon.  Di food court, selesai makan,  Sarah malah asyik krauk-krauk dengan orong-orongnya.  Hiihii...  Lucunya.  Ponakanku sudah jadi penggemar orong-orong.  Sampai-sampai ummi nya bilang, nanti mau nitip yang kiloan saat mamaku berkunjung ke Semarang.  Heehee...

Orong-orong 41, penyelamat untuk lidahku yang belum terbiasa dengan cita rasa makanan Jawa Tengah :D