Wednesday, November 13, 2013

Apa gunanya saya kuliah?

Lulus kuliah, bekerja, menikah, punya anak, jadi pengusaha.  Cita-cita sederhana saya saat duduk di bangku SMA.  Nyatanya? Meleset sedikit.

Saat kuliah, entah terkena mantra dari siapa, saya jadi senang dagang.  Padahal 'darah' pengusaha hanya sedikit mengalir di tubuh saya.  Dari mulai pulsa, tas, sepatu, make-up, koran (ini yang bekas, dijual ke tukang loak lho ya..  saya bukan dagang koran di perempatan).  Segala yang menurut saya bisa dijual, saya jalankan.  Baik sendiri ataupun dengan teman.  Walau hasilnya cuma numpang lewat di dompet, tapi tetap semangat 45 untuk dagang, lumayan buat jajan di KFC :p
P.S.: kantong mahasiswa cuma cukup buat makan di kantin ;)

Time goes by...

Sampai akhirnya saya menikah.  Saya dilamar di posisi fresh graduate dan belum sempat diterima bekerja.  Dalam pikiran saya, tanpa pengalaman kerja, status menikah, bagaimana saya bisa diterima di perusahaan? Sementara mayoritas perusahaan mensyaratkan single tanpa pengalaman atau menikah dengan pengalaman yang cukup lama, plus penampilan menarik (okeh, saya sepertinya sering kalah di syarat itu).  Lalu bagaimana nasib saya?

Saya belum ada mencoba sih ya, istilahnya kalah sebelum berperang. Menyerah sebelum mencoba.  Oke, saya akui setelah menikah saya 'anti' mengirim berkas lamaran kerja.  Dalam pikiran saya, ngapain capek-capek ngirim kalau toh bakalan ditolak karena (lagi-lagi) status menikah dan non pengalaman? Di sini saya salah, memang, karena saya harusnya mencoba dulu agar saya bisa tahu hasilnya.  Saya saja yang pinter-pinteran dan negative thinking dengan mengatakan saya tidak akan diterima.  Oke, saya akui lagi, saya salah di sini. :)

Keputusan saya untuk menjadi ibu rumah tangga dan pedagang kecil-kecilan yang akan jadi besar (aamiin), (sepertinya) membuat kecewa banyak pihak.  Termasuk mama, wanita terhebat yang rela bertaruh jiwa raga demi saya, sementara saya tumbuh menjadi wanita yang susah menerima argumentasi beliau (untuk lebih baik menjadi wanita karier).  Maaf, ma.

Tak ada yang bisa tahu terpukulnya hati saya setiap mendengar perkataan ibunda tercinta yang ingin anaknya ini menjajal kemampuan di dunia karier, atau berkuliah lagi dan mengambil gelar master.  Sakit rasanya.  Satu sisi ingin membahagiakan beliau dengan mengikuti keinginan beliau, sisi lain saya ingin mengikuti kata hati saya yang tidak ingin berkarier di perusahaan dan juga belum menemukan alasan untuk lanjut S2.  Akhirnya saya pilih ikuti kata hati, sambil terus selalu berdoa agar pilihan saya ini tidak membuat saya jadi anak durhaka, dan semoga hati mama melunak dan pada akhirnya menerima pilihan saya ini.  Lantas bagaimana dengan papa? Papa mah santaiii mau anaknya jadi apa aja.  Kalau butuh bantuan tinggal call saja.  Hihiiii saya bahagia punya orang tua super seperti papa dan mama, dan merasa bersalah karena belum bisa membahagiakan mereka.  Sekali lagi, maaf, pa, ma. :')

Dan karena pilihan saya ini, ada satu pertanyaan yang bergaung dari mana-mana.  "Apa gunanya kamu kuliah?" Apa gunanya saya kuliah kalau pada akhirnya lebih memilih jalan ini?

Saya mengejar gelar, tidak dipungkiri.  Tapi bukan itu saja yang saya cari.  Pengalaman.  Pengalaman dari orang yang sekolah lebih beragam dari mereka yang tidak.  Yes, kehidupan memang 'sekolah' yang luar biasa.  Tapi jika kita sekolah di institusi pendidikan, tentulah pengalaman kita jadi double.  Dapet pengalaman di sekolah formal, dan pasti dapet juga di 'sekolah kehidupan'.

Kenalan.  Dari kampus saya dapat guru dan sahabat-sahabat yang luar biasa, juga teman-teman yang hebat.  Suami.  Ya, saya dapat suami dari kampus yang sama. Heheeee

Dari kenalan, berkembanglah berbagai kesempatan.  Kesempatan yang tak akan saya dapat jika saya tidak kuliah.  Saya bisa ikut serta dalam International Youth Camp 2009 yang diikuti puluhan peserta dari ASEAN+Korea+RRC.  Yang merekomendasikan saya, Pak Dosen hebat yang selalu memotivasi dalam sindirannya :)  Lalu mengikuti seleksi beasiswa S2 yang seru di BizCamp 2012.  Kalau tidak lulus S1 ya mana boleh ikut :) Dan yang masih fresh, ikut serta dalam kegiatan pendampingan Wira Usaha Baru yang diselenggarakan Dirjen IKM Kementrian Perindustrian dan Perdagangan, di mana dari program itu saya sudah mendapatkan bantuan start up capital berupa peralatan dan perlengkapan.  Yang merekomendasikan saya, ibu dosen yang terhebat, DR Diana.  Dan juga kalau tidak berkuliah, saya mana mungkin punya kesempatan itu.  Karena program ini juga dikhususkan untuk para lulusan perguruan tinggi.

Dari kesempatan, berkembang lagi jadi punya banyak kenalan, dari kenalan baru, ada pengalaman dan kesempatan baru, dan seterusnya, tiada henti..  Itu semua saya dapat dari kehidupan di kampus. Memang, saat SMA saya juga mendapatkan hal itu, pengalaman, kenalan, dan kesempatan.  Tapi cakupannya tidak seluas dan se-luar biasa saat saya duduk di bangku kuliah, yang membuat saya sangat bangga dan takkan pernah menyesali setiap detik yang saya habiskan di universitas.

Jadi, sekarang saya balik pertanyaannya, "Bagaimana jadinya kalau saya tidak kuliah?"  Saya tak sanggup membayangkannya :D

13 comments:

  1. Salam kenal, mbak Nindya. Perkenalkan saya, May. Salah satu pengurus IIDN. Tulisan mbak yang pertama saya baca pagi ini. Semangat terus mbak,sukses bisnisnya!

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal, mbak May!
      Terima kasih untuk doanya, sukses juga untuk mbak May :)

      Delete
  2. "Ibu rumah tangga adalah sebuah karier puncak seorang perempuan.Mana mungkin bisa mencetak generasi yang berkualitas jika seorang ibu yang mendampingi hanya lulusan SD" ini adalah kutipan dari tausyiah nya Ust,Felix Siauw yang membuat saya bangga hanya menjadi ibu rumah tangga saja...
    Btw, mbak nindya...kok wajah blog kita bisa sama yaaa?? cuman isinya jauh lebih bagus punya mbak lah... :) coba deh anda berkunjung ke blog saya http://safiar-myangel.blogspot.com/ :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo, mbak Ratna! Saya sudah ke TKP. Wah, blog mbak bagus banget loh... jangan merendah dong, mbak. Heheee ;)

      Delete
  3. bagus mbak...nasib mbak sama dengan saya,disyukuri aja ya,,,,,

    ReplyDelete
  4. Saya sudah bekerja 5 tahun dan akhirnya memutuskan jadi ibu rumah tangga. Keputusan yang sulit karena saya biasa mandiri (secara finansial). Tapi bersyukur karena sepanjang hari bisa mengurus keluarga, pekerjaan yg menyenangkan :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semoga keputusannya berbuah manis ya, mbak. Tetap semangat! :)

      Delete
  5. baca tulisan ini jadi termotivasi untuk kuliah

    ReplyDelete
    Replies
    1. Alhamdulillah kalau bisa menjadi motivasi. Semoga keinginannya terwujud ya, mbak! :)

      Delete
  6. Sama mbak, suka ngerasa bersalah belum bisa nurutin keinginan ortu utk jd wanita karir, hiks...

    ReplyDelete
    Replies
    1. Iya mbak :'(
      Sekarang saya berusaha saja, niat untuk menjadi sukses. Kalau sudah sukses pasti orang tua juga bangga kalau kita sukses. Tetap semangat, mbak! *peluk mbak Ayu*

      Delete
  7. menurutku semakin banyak emak2 yang cerdas karena tau bahwa sebagai istri, ibu, kita utamanya mendidik anak2 yang dipercayakan pada kita di rahim kita. Yuk, jgn takut, jangan berkecil hati, ada hadiah besar menanti kita...hadiah yang kita ga bisa beli dan ga bisa dapat di dunia ini...

    ReplyDelete

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar... :)