Monday, December 10, 2012

Perempuan, naikkan hargamu!

Belakangan ini televisi penuh sesak oleh berita tentang bupati yang nikah siri dan menceraikan istri yang baru dinikahinya 4 hari.  Ya.  EMPAT HARI.  Saya tidak mau membahas perbuatan sang lelaki yang (katanya) tidak mencerminkan sikap pemimpin sejati itu.  Saya lebih tidak habis pikir dengan si perempuan.

Sebelumnya, kenapa ia mau diperistri? Dipaksa? Tidak.  Lihat saja foto nikah mereka yang tersebar.  Si perempuan tersenyum sumringah.  Tanda dia pun bahagia luar biasa bisa diperistri sang pejabat.  Lantas apa alasan ia mau diperistri, secara siri pula? Apa karena yang melamar adalah pejabat? Atau nilai mas kawinnya yang besar?

Oke, daripada sibuk menerka-nerka dan akhirnya jatuh pada fitnah, alasan dia mau dinikahi secara siri biarlah hanya si perempuan, keluarganya, dan Alloh Swt saja yang mengetahuinya.

Proses untuk menuju ke suatu pernikahan yang sakral tidaklah mudah.  Baik menggunakan metode pacaran, ataupun ta'aruf, keduanya sama ribetnya.  Tidak dengan si lelaki datang langsung melamar, janji ini-itu, kasih mas kawin segunung, terus langsung SAH.  Tidak semudah itu.

Ada namanya proses perkenalan.  Masing-masing harus mengetahui bibit, bebet, bobot dari calon pasangannya.

"Secara maknawi, arti bibit yaitu rupa (harafiah: asal-usul, keturunan).  Arti bebet adalah keluarga, lingkungan, dengan siapa teman-temannya.  Arti bobot adalah nilai pribadi/diri yang bersangkutan, di sini termasuk kepribadian, pendidikan, dan kepintarannya, pekerjaan juga nilai pribadi seperti gaya hidup dan iman.  (sumber: Bibit, Bebet, Bobot - Abdul Rojak)"

Beberapa pemuda zaman sekarang banyak yang denying tentang konsep bibit-bebet-bobot tersebut.  Kuno, mungkin.  Atau merasa terlalu banyak aturan.  Hey, di sini kita hendak menyempurnakan separuh agama.  Masa mau asal-asalan?

Mengetahui bibit-bebet-bobot bukan berarti banyak menuntut.  Kita hanya perlu tahu.  Kalau kita tidak keberatan, ya lanjutkan.  Merasa keberatan? Pikir ulang untuk menikah dengannya.

Seperti halnya, jika saat perkenalan akhirnya ketahuan kalau si lelaki sudah beristri.  Tidak mau dipoligami? Tinggalkan segera.  Jangan lantas meminta si lelaki untuk berpisah dengan istrinya.  Merusak kebahagian orang, jangan harap kita nantinya bisa bahagia.

Atau sebaliknya, tidak keberatan menjadi istri kedua.  Ya silahkan lanjut ke proses selanjutnya.  Buka diri, buka wawasan, bagaimana seharusnya pernikahan poligami dilangsungkan.  Baik secara siri maupun pernikahan tercatat, poligami haruslah dengan izin istri sebelumnya.

Hal terpenting dalam menuju pernikahan yaitu kita WAJIB mengenal keluarganya.  Minimal dengan orang tua kandungnya.  Atau dengan saudara-saudara kandungnya.  Dia sebatang kara di dunia ini? Cari tahu dengan siapa dia hidup sebelumnya.  Kalaupun dengan keluarga angkat, ataupun besar di panti asuhan, pasti ada orang terdekatnya yang benar-benar mengetahui sikap dan sifatnya dalam keseharian.  Dan sewajarnya memang jika lelaki melamar haruslah membawa keluarga terdekatnya, bukan dengan ajudan.  Kalau sudah kenal dengan keluarganya, insya Alloh kita tidak akan mudah tertipu dengan bujuk rayunya.

Lalu, yang tidak kalah pentingnya, jangan terlampau mudah terpedaya.  Seperti kasus yang ramai ini, si perempuan mengetahui kalau lelaki sudah beristri.  Si perempuan pun tahu si lelaki adalah pejabat nomor 1 di daerahnya.  Seharusnya dia bisa cukup PINTAR untuk mengetahui bahwa proses pernikahan itu tidak pernah main-main dan asal-asalan, apalagi dengan pejabat.  Dia menerima lamaran si lelaki-yang-katanya-sudah-berstatus-duda-dan-berjanji-akan-meresmikan-pernikahan-mereka-segera.  Maaf, saya terpaksa mengatakan bahwa si perempuan ini tidak pintar.

Menurut saya, si perempuan dan keluarganya juga tidak berhak mengadu ke komnas anak segala karena pernikahan di bawah umur dan sebagainya.  Hei, ini pernikahan bisa terjadi atas persetujuan keluarga si perempuan.  Lantas kenapa setelah bermasalah, malah umur si perempuan dijadikan 'alasan'? Yang nerima pinangan siapa? Saat nerima pinangan dari pihak lelaki apakah semua pada ga ingat umur si perempuan? Trus setelah dicerai jadi ingat tiba-tiba gitu? Maaf, sekali lagi saya terpaksa mengatakan, si perempuan (dan keluarganya) ini tidak pintar.

Miris.  Malu.  Di zaman modern ini masih ada perempuan yang terlalu cepat menerima pinangan tanpa mengenal lebih jauh si peminang maupun keluarganya.  Terlalu tinggikah tawaran mahar lelaki? Atau terlalu mudahkan perempuan 'dibeli'?


4 comments:

  1. salam BLOGGER dan salam kenal dari blogger asal kota padang, sumatra barat.
    maaf,saya masih Newbie
    yozidahfilputra.blogspot.com

    ReplyDelete
  2. Salam kenal dari Medan.
    Tidak apa, semua berawal dari newbie. Saya juga bukan blogger aktif :)

    ReplyDelete
  3. ini artikel tulisan sendiri yah mbak ?
    bagus bget isinya
    asik gt bacanya

    singgah sebentar ke blog saya juga yah mbak

    http://pramudyadhio.blogspot.com/

    ReplyDelete
  4. Terima kasih, mas Dhio. Iya, ini tulisan sendiri walaupun ada satu paragraf yang mencatut dari sumber lain (tentu sumbernya sudah saya cantumkan).

    Salam kenal! :)

    ReplyDelete

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar... :)