Saturday, August 25, 2012

Kenapa ART Tidak Boleh Dimarahi?

Pembantu rumah tangga, asisten rumah tangga, atau apalah sebutannya sekarang ini seakan menjadi hal yang wajib ada di setiap rumah.  Suka tidak suka, bantuannya memang 'sedikit' meringankan pekerjaan rumah tangga.

Kenapa 'sedikit'? Karena tugas ART di rumah kami memang sedikit.   Mencuci pakaian (yang juga dibantu mesin), menyetrika, menyapu, mengepel lantai.  Datang pukul 06.30, selesai pukul 09.00.  Sementara mencuci piring, memasak dan sisanya menjadi tanggung jawab kami semua.  Sudah sesedikit itupun, pekerjaannya juga ga memuaskan hati.

Ntah bagaimana cara dia mencuci pakaian, tapi pakaian yang sudah dicuci sering kali masih terasa bau keringatnya.   Ga pake detergent? Wih, jangan tanya berapa banyak detergent yang dia pakai untuk mencuci.  Terkadang busanya sampai meluber saking banyaknya.  Sudah bergitupun bau anyep pakaian ga bisa hilang.   Mama saya sering ga habis pikir melihatnya.  Kalau dibilang salah detergentnya, nol besar.  Selama dia ga masuk kami selalu mencuci sendiri.  Dan dengan detergent yang tidak sebanyak yang dia pakai, pakaian kami bebas dari bau dan noda.  Jadi kenapa ya kalau dia yang mencuci baunya ga hilang? Kami juga bingung mencari sebabnya.

Begitupun saat menjemur pakaian.  Bagaimana bentuk pakaian keluar dari mesin cuci, begitulah bentuk saat dijemur.  Pakaian biasanya keluar dari mesin cuci agak keriting, dan terkadang tergulung atau terlipat sedikit. Dan itulah yang dia jemur.  Yang masih tergulung tidak diluruskan.  Alhasil saat menjemur, bagian yang tergulung itu jadi lama keringnya, padahal bagian lain sudah kering kerontang.  Dia juga sangat tidak sabaran.  Jika dilihatnya timer di mesin cuci masih menunjukkan countdown 10 menit-an lagi, dan pekerjaan lainnya sudah selesai, dia pasti ingin buru-buru pulang tanpa menyelesaikan menjemur pakaian.  Sering sekali dia menyuruh saya yang menjemur nanti, karena dia ingin segera pulang.  Sudah pasti saya tolak dengan kesal, kok jadi dia yang berasa majikan??? Grrrrr......

Bagaimana dengan menyapu dan mengepel?  Hmmm...  Saya pernah, tak sampai 5 menit dia selesai menyapu, saya iseng menyapu kembali ruangan yang sama.  Guess what? Pasir, debu, dan segala bentuk sampah lainnya masih banyak yang nyangkut di sapu saya.  Padahal saya menyapu ruangan yang 'bersih' karena barusan disapunya.  Tetapi ternyata....... *speechless*.  Tentang mengepel, dia selalu memakai cairan pel yang berlebihan sampai lantai pun jadi sangat licin dibuatnya, bahkan saya pernah terpeleset saking licinnya.  Tetapi gilanya, dia jarang merendam ulang pel, sehingga cairan yang di ruangan depan berlebih-lebih, sampai ruangan belakang kain pel nya sudah kering.  Yaa, bisa dipikir sendiri, apa gunanya kain pel yang kering?!! (-____-")

Dan sekarang yang membuat saya sangat marah, liburnya kelebihan!!  Setelah libur lebaran, dia janji kembali masuk kerja 3 hari yang lalu.  Tapi apa? Sampai sekarang batang hidungnya juga ga kelihatan.  Padahal mama dan kakak saya sudah harus masuk kerja.  Untunglah saya belum menjadi kuli perusahaan, jadi saya bisa membantu mama mengerjakan semuanya.

Rasanya kesal, marah, gondok!! Eh, boleh kan ya marah sama ART? Saya pernah membaca tweet dari list following saya.  Lupa siapa yang nge-tweet karena memang sudah lama saya membacanya.  Kata si tweet-er (sebut saja begitu), PRT/ART itu tidak boleh dimarahi atau dihukum.  Bahkan ketika pekerjaan yang dilakukannya tidak sesuai dengan yang kita inginkan.

Saya merasa amat sangat tidak setuju.  Ilustrasinya begini, anggap saja rumah kita adalah sebuah perusahaan.  Dan orang tua kita atau kita sendiri (kalau sudah memiliki rumah tangga sendiri) adalah direktur di perusahaan.  Serta ART adalah pekerja.  Perusahaan kita pastilah memiliki SOP (Standar Operasional Perusahaan) tersendiri.  Dimana si ART ini dalam bekerja harus mengikuti SOP yang telah ditentukan sebelumnya.  Lantas kalau karyawan kita, dalam hal ini ART, bekerja sesuka hatinya yang alhasil memberikan hasil yang sesukanya juga, apa kita diam saja dan membiarkannya?  Mau jadi apa 'perusahaan' kita nanti jika saat ini saja terlihat tidak memiliki peraturan?

Kalau ada yang berkata, "Kasihan, dia sudah membantu.", ingat saat kita berada di kantor.  Di sana status kita juga sebagai 'pembantu', membantu perusahaan untuk meningkatkan penjualan, mencatat pengeluaran, dsb sesuai jabatannya.  Kalau pekerjaan yang kita lakukan salah, apa pemimpin tidak marah dan hanya berkata, "Kasihan, dia sudah membantu..." Pernahkah?

Jadi perlakukanlah ART atau PRT sebagai pekerja seperti apa adanya.  Dia bekerja, bukan membantu.  Dia dibayar, bukan melakukan pekerjaan secara ikhlas tanpa digaji.  Memang begitu pekerjaannya yang bisa dilakukan, karena mungkin pendidikan yang rendah atau skill yang terbatas.  Tapi tetap, namanya adalah pekerja.

Pekerja, jika meraih prestasi maka akan mendapat reward dan jika bersalah akan mendapat punishment.  Begitupun ART.  Jika pekerjaan yang dilakukan melebihi apa yang kita minta, berikanlah bonus.  Dan jika melakukan kesalahan, segera peringatkan dan beri hukuman yang sesuai, yang pasti jangan berikan hukuman berupa siksaan fisik maupun mental.  

Dan punishment apakah yang cocok untuk ART yang bekerja di rumah kami? Kita tunggu saja kabar selanjutnya! : ))

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar... :)