Thursday, August 2, 2012

Kau... Siapa...?

Di kehidupan nyata, aku tahu kau tidak terlalu suka denganku.  Ntah apa salahku, seingatku tak pernah sedikitpun aku menyinggungmu apalagi menyakitimu.

Aku tahu kau tidak terlalu suka denganku.  Di suatu ketika saat kau mendengar namaku dipanggil, kau menanggapinya dengan senyum mengejek.  Ntah apa salahku.

Aku ingat, pertama bertemu denganmu di ruang rapat salah satu hotel mewah di kotaku.  Saat itu kau masih ramah padaku.  Kau menanggapi setiap perkataanku dengan tersenyum tanpa terkesan sebuah ejekan. 

Itu dulu.  Lama kelamaan ntah kenapa, aku tak pernah habis pikir kenapa kau terkesan merendahkanku.

Yah, aku sadar diri.  Aku pun tak sesempurna dirimu.  Aku pun berbalik jadi tidak terlalu menghargaimu.  Seperti malaikat sekali rasanya bila aku membalas sikap merendahkanmu dengan senyum terbaikku.  Dan sedikitpun aku tak pernah memikirkanmu.

Sampai malam tadi.  Kita bertemu di tempat itu.  Tempat di mana selama seminggu kita banyak menghabiskan waktu di sana.  Tidak hanya berduaan, tentu saja.  Kau masih merendahkanku.  Ternyata.  Di dalam mimpi pun kau sanggup begitu. 

Tapi tunggu, itu tidak lama.  Saat aku sedang termangu sendiri kau langsung menarikku ke sebuah ruangan.  Ruangan bermain.  Aku heran kenapa ada ruangan sepertu itu di tempat ini. 

Kau tak henti tersenyum padaku.  Dan tak mau melepaskan genggaman tanganmu dariku.  Kesini, lihat ini, dengan semangat berapi-api kau berusaha menunjukkan serunya permainan di ruangan itu.

Aku sampai lupa ketidaksukaanku padamu.  Pun juga sikap acuhmu padaku, kenapa tak terlihat di situ?

Kau berusaha menyenangkanku sampai akhirnya aku ingat, aku harus mengejar penerbangan untuk kembali ke kotaku.

Kau menarik tanganku saat aku ingin berlari.  "Nanti dulu!" serumu.  "Tiket pulangmu kan belum dibeli?"

"Aku sudah menitipnya pada temanku."

"Gak.  Temanmu belum jadi membelinya."

Aku terdiam sebentar.  "Sampai kapan aku di sini??"

"Please.  Jangan terburu-buru ingin pulang.  Sebentar saja.  Kamu tetap di sini, ada aku.  Nanti aku yang urus tiket pulangmu."

Kau pun mempererat genggaman tanganmu.

Aku terbangun.  Kebingungan.  Kenapa kau bisa bersikap begitu berbeda di dalam mimpi?

Kenapa juga aku harus bermimpi tentang itu? Sedukitpun tak pernah tersirat dirimu di pikiranku.  Dan karena mimpi itu, aku makin membencimu.

Aku membencimu yang sepertinya tak bisa berlaku jujur.  Ntah di dalam mimpi, ntah di kenyataan.  Aku tak tahu yang mana sifat aslimu.  Sebenarnya, kau...  Siapa...?

2 comments:

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar... :)