Oke.. Setelah membahas keseruan di USS pada postingan sebelumnya, kali ini bahas yang ringan-ringan aja deh. Secara energi sudah terkuras di sana, jadi hari-hari terakhir di Singapura tidak terasa sehebat itu. Istimewa sih, tetapi tidak bisa dikategorikan SANGAT istimewa juga.
15 Maret 2012
Hari ini kami mengunjungi Marina Bay Sands (MBS). Saya sih awalnya bingung. Apa sih tujuan mama mengajak kami kesana? Tempat apa sih itu? Tapi karena saya di sini bertindak sebagai pengikut, jadi ikut saja lah kemana mama mau. Hehee...
Seperti biasanya, sebelum kemana-mana kami selalu mengecek si peta. Udah kayak Dora The Explorer aja ya... Dan yang diutamakan setiap melihat peta ya jalur MRT nya. Secara di Singapura ini harus hemat mat mat, jadi sebaiknya kemana-mana naik MRT saja, paling sekali naik kena S$ 2-3 per orang. Bahkkan seringnya kami kena tarif (di luar deposit kartu) ga sampai S$ 2. Dikalikan 4 orang = S$ 8. Kalau taxi biasa kena tarif berkisar S$ 20 - 25. Jauh kan bedanya. Tapi ada rupa ada harga ya. Teteup. Kalau naik taxi otomatis kita langsung turun di tujuan. Sedangkan dengan MRT kita harus berjalan lagi dari stasiun.
Dari peta diperoleh info bahwa kami harus turun di Bayfront untuk menuju MBS. Dari stasiun Clarke Quay ~ Dhoby Ghaut lalu pindah ke jalur NS menuju Marina Bay. Dan di Marina Bay harus pindah lagi ke jalur Circle Line. Stasiun Marina Bay menjadi stasiun tersepi yang pernah kami datangi. Walaupun hari pertama kami juga melewati stasiun-stasiun ujung yang juga sepi pengunjung, tetapi tidak sesepi di sini. Hanya terlihat 2 - 4 orang selain kami. Mama malah menyarankan supaya pulangnya jangan naik MRT lagi, saking ngerinya melihat stasiun yang sepi.
Tiba di Bayfront, berjalan sedikit untuk memasuki MBS. Seperti biasalah, saya yang agak katrok ini terkagum-kagum melihatnya. Areal yang kami masuki pertama adalah areal perbelanjaannya. Di bawah ada kanal kecil, mirip seperti di Venice dan di Macau. Tapi ini kecil, dan letaknya indoor. Dengan beberapa gondola yang berjalan di atasnya, lengkap dengan 'supir'. Yang tentu saja bisa disewa untuk keliling kanal kecil itu.
Kami berkeliling untuk mencari jalan masuk ke Sky Park. Setelah melewati pusat perbelanjaan akhirnya sampai ke areal hotel. Banyak orang masih dengan baju handuknya hilir mudik dengan wajah ceria. Sepertinya mereka baru siap berenang. Kolam renang di hotel ini terkenal keren (katanya), karena terletak di lantai paling atas (kalau ga salah lantai 56) dan langsung berhadapan dengan pemandangan kota di bawahnya. Tapi sayangnya hanya bisa dikunjungi oleh tamu hotel. Makanya saya ga yakin kalau itu benar-benar keren, kan saya ga pernah lihat aslinya. =p Untuk referensi kekerenan MBS langsung cek di TKP deh. Atau di sini juga bisa buat yang males (atau ga ngerti) baca tulisan 'londo'.
Mereka yang menginap di sini pasti bukan orang biasa, karena hotel di sini termasuk hotel termewah di Singapura. Bagaimana tidak, semalam saja harganya berkisar S$ 500 (kira-kira Rp 4 juta-an). Aih, ga perlu mikir dua kali deh mau nginap di sana. Mikir sekali aja juga ga perlu saya rasa. Langsung nolak lihat tarifnya. Heheee.
Setelah melewati meja resepsionis kami ternyata sudah mencapai pintu keluar. Dan saya pun 'ditugaskan' untuk bertanya pada satpam. Lumayanlah, sekaligus mempraktikkan English saya yang pas-pasan dan sudah jarang digunakan. Ternyata untuk menuju Sky Park bagi non tamu hotel harus melalui pintu keluar terlebih dahulu. Yes, yes, yes.
Keluar, lalu masuk lagi melalui pintu lain. Menuruni eskalator, terlihat counter tiket. Kita harus membayar S$ 20 per orang untuk melihat Sky Park. Setelah itu dibimbing menuju lift untuk naik ke lantai 56! Lift nya super cepat sih ya, ga kayak lift-lift di mall biasa. Keluar dari lift, berjalan sedikit saja sudah sampai di pintu keluar menuju Sky Park. Tadaaa...!!!
Mata kami terisi dengan pemandangan kota Singapura dari ketinggian lebih kurang 200 m. Dari atas dapat terlihat bangunan-bangunan unik. Singapore Flyer juga terlihat dari sini. Selain itu ada tribun F1, ada ArtScience Museum yang berbentuk seperti bunga teratai, ada Louis Vuitton Island Maison, dan yang pasti: Sungai Singapura.
Puas melihat-lihat, kami kembali ke rutinitas sehari-hari: Orchard... Orchard... Orchard... Tetapi malam ini agak beda, karena kami sudah membuat janji untuk makan malam dengan Bu Inong. Makan malam dan jalan sebentar di Takashimaya, setelah itu kami berpisah.
16 Maret 2012
Say goodbye to MRT!! Hari ini ingin mencoba menggunakan River Taxi, kapal kecil berkapasitas penumpang sekitar 20 orang yang melayani rute keliling sungai Singapura. Kami hanya mengambil tiket one-way seharga S$ 17 per orang, karena tujuan sebenarnya hanya Merlion Park.
Di perjalanan sepanjang sungai kita dipandu oleh rekaman suara yang menceritakan tentang sekilas sejarah Sungai Singapura dan Kota Singapura pada umumnya. Dan tak lupa juga mata kita dimanjakan dengan pemandangan unik. Ada beberapa titik mengagumkan di mana kita bisa melihat harmonisasi yang indah antara bangunan lama yang classic dengan bangunan modern yang kontemporer.
Sampai di Merlion Park kami melakukan aktivitas biasa: foto-foto. Saat itu ramai sekali. Dan... Saya melihat orang Indonesia di mana-mana. Bukan hanya saat di sini, sejak hari pertama pun saya selalu menjumpai teman satu negara. Di hotel tempat kami menginap saja sudah ada beberapa keluarga asal Indonesia di sana. Apakah sedang musim libur di Indonesia? Entahlah. Sejak tamat sekolah saya tidak hapal lagi kapan jadwal libur anak-anak sekolah.
Setelah puas berfoto, singgah ke toko cenderamata sebentar. Membeli oleh-oleh untuk orang tersayang. Setelah itu kami bingung mau kemana. Saya menyarankan untuk mengunjungi Arab Street, walaupun saya sendiri juga ga tahu itu Arab Street itu tepatnya tempat seperti apa. Yang saya pernah dengar hanya itu tempat berbelanja. Yah, sekali-kali mencoba ke tempat lain. Daripada ke Orchard terus kan bosan??
Dari stasiun Raffles Place mengambil tiket menuju Lavender. Dari Lavender ternyata harus menggunakan taxi untuk menuju Arab Street. Sebenarnya bisa ditempuh juga dengan berjalan kaki, hanya saja keadaan mama dan papa yang tidak muda lagi tidak boleh dipaksakan untuk berjalan kaki sejauh itu. Arab Street ini kalau di Medan mirip seperti Pasar Ikan Lama, tempat berjualan bahan pakaian. Selain itu juga ada karpet dan berbagai jenis selendang.
Di sini saya mempraktekan jurus tawar-menawar yang selalu saya lakukan jika berbelanja di pasar di negeri tercinta. Saya tertarik dengan selendang berbagai motif yang dipajang. Kalau membeli satu rasanya susah memilih, karena motifnya bagus-bagus. Beginilah adegan tawar menawar saya:
Saya : "How much is it?"
Penjual : "Five dollars each."
Saya : "Can you give me three for ten dollars?"
Penjual : "Pick those first and I'll tell you if I could."
Saya : (milih-milih) "These three! I'll give you ten dollars, right?"
Penjual : (berbicara dengan atasannya sebentar). "Twelve dollars."
Saya : "No! I want these for ten dollars! Ten dollars or I'll leave it." (Sambil pura-pura pergi)
Penjual : (bingung, ngomong bentar ke atasannya) "Hei, hei! Ok! Take it!"
Saya : (kasih senyum paling manis) "Thank you....."
Dan tiga lembar selendang manis itu pun sudah berada di tangan. Tadinya sih berniat memberikannya untuk oleh-oleh. Tetapi kakak saya ternyata menyukainya. Jadilah saya masukkan sebagai koleksi pribadi saja.
Karena tidak banyak hal menarik di Arab Street, kami kembali ke tempat biasa: Orchard! (lagi lagi lagi). Memutuskan untuk makan siang dan keliling di sini. Menyempatkan untuk mengunjungi ION, tempat perbelanjaan mewah yang baru dibuka. Memang dasarnya orang biasa yah, masuk ke ION aja agak sesak nafas. Itu baru ngeliat butiknya, belum lagi ngeluarin duitnya. *sigh
Setelah waktu sudah menjelang Maghrib, kami mengunjungi Clarke Quay. Maksudnya ingin makan di Satay Club, tempat yang dulu pernah kami datangi beberapa tahun lalu. Tetapi sepertinya sudah tidak ada. Akhirnya kami memutuskan pergi ke Basecamp: Burger King di Central. Central terletak di belakang Clarke Quay.
Selesai makan saya ingin berkeliling berburu sepatu. Tapi mama sepertinya sudah lelah. Jadi saya memutuskan untuk sendiri saja berkeliling Central, sementara mama dan papa kembali ke hotel. Adik saya? Dia enak duduk depan BK demi mendapat signal WiFi gratisan.
Untuk pertama kalinya saya berkeliling mall sendirian di Singapura ini. Terlihat aneh, memang aneh, atau sayanya aja yang merasa aneh ya? Hahaa... Mall Central ini agak rumit deh. Tapi sepertinya bukan mall ini saja, hampir semua tempat perbelanjaan di Singapura seperti ini. Ada jalur menuju ini, menuju itu, jadi tidak semua jalur berakhir di dalam mall. Saya sampai pusing sebentar mencari jalur untuk ke lantai 2 mall. Karena yang saya dapat awalnya adalah jalur menuju tempat parkir. Hufh.... Untung tidak terjadi hal yang buruk.
Setelah tersesat sebentar akhirnya saya menemukan toko sepatu biasa, tidak terlalu terkenal. Setelah menemukan sepatu yang cocok dan memutuskan untuk membayar, si pramuniaga menawarkan pada saya untuk membeli sepasang sepatu lagi, karena akan ada potongan untuk sepatu kedua. Saya pun menurut dan mendapatkan ssepatu lagi. Setelah itu dia kembali membujuk untuk membeli sepasang lagi.
Tidak! Cukup! Saya bukan mau jualan sepatu. Saya putuskan untuk tidak menuruti keinginannya dan langsung membayar sebelum dia membujuk saya dengan berbagai rayuan. Puas berkeliling saya menemui Aan yang masih asyik berinternet ria dan mengajaknya kembali ke hotel bersama.
17 Maret 2012
Sekitar jam 8 kami sudah tiba di Budget Terminal Changi Airport. Saat masuk ke ruang tunggu, menyempatkan untuk membeli oleh-oleh dan berbelanja di toko parfum. Saya yang pecinta produk murah tapi tidak murahan kurang tertarik untuk berbelanja parfum branded. Tidak enak rasanya menghabiskan uang orangtua saya hanya untuk sebotol parfum.
Akhirnya saya berkeliling dan berharap ada parfum yang tidak terlalu mahal. Sekali berkeliling, saya tidak menemukannya. Saya malah melihat produk kosmetik lain. Sudah akan membeli, tetapi saya pikir di Medan juga ada counter kosmetik itu, ngapain repot beli di sini? Toh selisih harga cuma dikit. Sambil menunggu mama membayar, saya mengelilingi toko parfum sekali lagi.
Dan dia ada di sana! Si parfum dengan harga terjangkau yang saya cari-cari dari tadi. Masuk dalam rak diskonan Under S$ 20. Yippiiiyy...!! Saya pun mengetesnya dan akhirnya menemukan satu aroma yang cocok dan langsung membungkusnya. Setelah cek Google, ternyata di pasaran Indonesia harga parfum tersebut sekitar Rp 400 ribu-an. Senangnyaa.. Dapat parfum original dengan harga jauuuuh lebih murah!! *penggemar diskonan* =)
Setelah puas belenji-belenji, mencoba internet gratis di internet zone. Tak lama, tiba waktunya boarding. Dan anehnya masuk pesawat sangat awal kalau dibandingkan dengan jadwal di boarding pass. Saya sampai tanya ke mama, sebenarnya dia terbang jam berapa? Kok masih jam segini sudah disuruh naik??
Dan di atas pesawat saya baru mendapat jawabannya. Changi adalah salah satu bandara tersibuk di dunia. Pesawat mau terbang harus mengantri. Jadi waktu yang lama itu digunakan pesawat untuk mengantri terbang. Saat pesawat di depannya terbang, lalu pesawat maju. Dan harus menunggu pesawat di jalur sebelah terbang terlebih dahulu, baru tibalah gilirannya terbang. Saya perhatikan, saat pesawat sudah take off dan berbalik (karena menuju Medan), tidak lama dari arah bandara saya melihat sudah ada pesawat lain yang take off.
Selesai sudah cerita saya saat berlibur dengan orang tua dan adik di Singapura. Alhamdulillah sehat sampai kembali di rumah. Semoga suatu hari bisa mengunjungimu lagi, Singapura!! :)
Cerita sebelumnya:
- Sampai di Singapura dan mengunjungi keluarga (Bagian 1)
- Universal Studios Singapore (Bagian 2)
tanya dong, nginep di fragrance riverside akses bis n MRT mudah? trus cari makanan hallal di sekitar hotel gampang gak?
ReplyDelete