Monday, June 11, 2012

One Step Closer

Ahaaay..  Saya suka sekali dengan frase "one step closer.".  Tergila-gilanya sejak mendengar lagu Linkin Park zaman baheula sih ya.  Sejak dulu dikit-dikit "one step closer".  Apalagi ditambah penggalan lirik lagu "A Thousand Years" -nya Christina Perri.  Jadi semakin suka dengan frase itu.  Apa sih ya penyebabnya? Saya juga heran.  Enak aja gitu dengarnya.  One step closer, selangkah lebih dekat.  Enak kan didengar, daripada selangkah lebih jauh? :p

Nah, seperti rencana saya dengan si pacar yang, Alhamdulillah, sudah selangkah lebih dekat.  Swiiwiiit apakah itu?

Sejak saya lulus kuliah, pacar semakin menggebu-gebu untuk meresmikan hubungan kami ke sebuah ikatan pernikahan.  Dalam pandangannya, apalagi yang ditunggu? Pekerjaan dia alhamdulillah sudah stabil.  Dan saya juga sudah selesai kuliah.  Apalagi...??

"Anin mau kerja dulu...," begitu selalu jawaban saya.  Tujuan saya ingin bekerja, bukan hanya mengumpulkan rupiah.  Ingin membalas jasa orang tua.  Ingin menunjukkan pada orang tua, "Ini lho, Ma, Pa, anak kalian sudah bisa menghidupi dirinya sendiri dengan bekal ilmu yang didapatnya berkat kerja keras orangtua."

Saya ingin merasakan setidaknya sedikit saja lelah orangtua dalam mencari nafkah demi sekolah saya.  Hanya itu.  Tetapi pacar selalu mengeluarkan dalil tentang "Rezeki...blablabla...  Menikah....blablabla...," yes.   Rezeki memang sudah ada yang atur.  Saya, walaupun masih sangat berkeinginan untuk bekerja terlebih dahulu, sekarang sudah agak melunak.  Terserah.  Yang utama sekarang adalah izin dari orang tua dan kakak saya yang belum menikah.  Kalau itu tidak bisa diganggu lagi.

Sudah hampir dua bulan ini pacar sudah merencanakan sebuah pertemuan resmi antara kedua pihak keluarga.  Walaupun dari pihak pacar tidak diwakili keluarga kandung, tapi beliau sudah dianggap keluarga. Bahkan saya melihat beliau menyayangi pacar seperti anak sendiri.

Keluarga pacar berada di Jogja, dan karena dirasa pertemuan ini masih bisa diwakili, jadi keluarga Jogja belum perlu datang.  Saya bertemu keluarga Jogja hanya pernah satu kali, itupun hanya dengan Ibu.  Jarak yang cukup jauh dan belum adanya ikatan resmi antara kami membuat saya belum bisa mengunjungi keluarga Jogja.  Pamali, kata orang-orang.  Apalagi kalau kami hanya ke luar kota berdua.  Tidak enak dilihat orang. Walaupun tak pernah bertemu, tetapi hubungan via telepon dan dunia maya alhamdulillah selalu terjaga.

Dan pertemuan keluarga saya dengan keluarga tante (keluarga pacar di Medan), sebelumnya hanya pernah beberapa kali.  Itupun di acara biasa.  Bukan pertemuan khusus seperti malam itu.  Sebelumnya orangtua saya dan pihak keluarga tante hanya pernah bertemu di acara-acara pernikahan keluarga.

Mengatur pertemuan itu, bukannya mudah.  Halangan lebih sering datangnya dari keluarga saya sih.  Awalnya saya menolak mengikuti pertemuan seperti itu, karena saya rasa saya belum siap untuk itu.  Setelah beberapa kali tukar pikiran, akhirnya saya serahkan semua pada pacar.  Sayanya sudah "terserah gimana enaknya aja," eh masalah jadwal malah membawa prahara *halah*.

Ayah ibu saya yang karyawan pergi-pagi-pulang-malam tentu harus menyocokkan jadwal.  Akhirnya setelah 2 kali (atau 3 kali ya kalau termasuk saya yang 'merajuk' di awal) diundur, pertemuan pun bisa juga terlaksana dengan baik.

Jreng jreeeeengg!!!

Saya hanya membawa mama dan papa.  Sedangkan pacar juga bertiga, dengan tante dan sepupunya.  Syukurlah, pertemuan berlangsung lancar.  Suasana sangat hangat.  Dan perbincangan mengalir saja apa adanya tanpa ada yang ditutupi.  Isi perbincangannya rahasia, yey!  Ngga akan saya bagikan di blog.  Tunggu saja saatnya tiba.  Heeheeee...

Pulangnya, karena papa harus berangkat ke kantor, kami berpisah dengan papa dan pulang dengan diantar pacar dan keluarga tante.  Di dalam mobil obrolan ibu-ibu calon besan (tante ini saya anggap sebagai ibu keduanya pacar)  masih terus berlanjut.  Tak ketinggalan di setiap topik tante selalu menyelipkan hal-hal yang berhubungan dengan pernikahan, pacar dan saya, kehebatan pacar, dsb..dsb....  Hiiihiii...  Love u, tante!!

Yang paling saya ingat, tante selalu mengait-ngaitkan 'takdir' pacar dengan saya.  Seperti halnya, kenapa pacar bisa kuliah di Medan? Tante jawab: "Yaa dia nyari si Nindya!".  Saat ada pertanyaan, "Kenapa saat sudah pulang dan kerja di Jogja, terus balik lagi ke Medan?",  Tante jawab: "Yaa Karena si Nindya la."  Hwakaakaaa...

Asal tahu saja, saya dan pacar pernah bersekolah di SD yang sama.  Di saat banyak sekolah di Medan ini, kami harus bersekolah di SD yang sama.  Tapi pacar harus pindah di kelas 5 SD dan meneruskan sekolah di Jogja sampai lulus SMA.  Di saat banyak kampus di Indonesia ini, kami harus berkuliah di kampus yang sama.  Saya sih wajar ya, karena ini memang kota kelahiran saya.  Nah, dia? Di Jogja banyak kampus, kenapa dia bisa nyasar ke sini? Ngeri ya usahanya untuk saya :p  Ckckckc...  Dari itu semua, saya yakin, Insya Alloh garis kami sudah ada, tapi harus kami perjelas dengan tinta yang kami goreskan sendiri.  

Syukurlah, semua berjalan dengan lancar.   Tinggal tunggu waktu untuk pembicaraan selanjutnya.  Belum langsung nikah loh, masih harus ngobrol-ngobrol lagi.  Hiiihiiii...

Tenang saja, kalau hari bahagia itu tiba, akan saya 'pamerkan' pada dunia.  Apakah tahun depan, dua tahun lagi, atau........??  Itu masih menjadi rahasia Alloh swt.  Dan rahasia kami juga pastinya.  ;)

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar... :)