Ketika Semuanya Mengingatkanku Pada Kalian

Setelah beberapa hari mendem di rumah karena demo besar-besaran, hari ini saya kembali menjalankan aktifitas.  Ke luar rumah menyelesaikan beberapa urusan penting.  Dan ketika melewati jl.Imam Bonjol, kenangan itu pun terulang.  Kenangan bersama teman-teman yang tak pernah bisa saya lupakan.

Saat itu, sebulan yang lalu.  Saya berboncengan dengan teman saya tanpa mengenakan helm.  Dan terpaksa diturunkan di sana karena dia takut tertangkap polisi.  Saya tersenyum kecut mengingatnya.  Kecut, bukan karena kesal dengan kejadian itu.  Saya merasa sedih, karena kenangan seperti itu mungkin tak akan pernah saya alami lagi.

Saya teringat teman-teman saya yang sudah banyak merantau, pergi merajut mimpi ke kampung orang.  Atau yang kembali ke kampung halaman, mengamalkan ilmu di dekat keluarga terkasih.  Sementara saya, tinggal di sini.  Tidak sendiri, memang.  Ada juga beberapa sahabat saya yang masih di Medan.  Tapi, tetap, jumlahnya tidak sebanyak mereka yang sudah pergi meninggalkan kota ini.

Sedih rasanya, semua yang saya lihat mengingatkan pada mereka.  Mengingatkan pada kenangan kami.  Hal-hal seru yang telah kami lewati bersama.  Hal-hal bodoh yang membuat kami menertawai diri kami sendiri.  Ah, aku rindu!

Entah kapan saya bisa move-on dari keterpurukan kehilangan teman ini.  Rasanya menyesakkan sekali.  Terlalu lama waktu yang telah kami lewati bersama, sehingga ketika tiba saatnya berpisah, rasanya berat sekali.  Memang saya tak benar-benar kehilangan mereka.  Kami masih bisa berhubungan dengan banyak media.  Memang itulah gunanya teknologi.

Tapi tetap, tidak ada yang bisa menggantikan hangatnya bertatap secara langsung dan saling mengejek lalu tertawa secara bersamaan, sambil duduk di ruangan yang sama.  Makan dan minum bersama, berpura-pura tidak mau membayar saat bill sudah di atas meja.  Bernyanyi dengan suara fals dan kehilangan suara saat menyanyikan lagu rock.  Atau bergoyang heboh saat mendengar lagu dangdut.  Benar-benar akan rindu saat seperti itu.