Sore ini dalam perjalanan pulang, jalan saya terhenti sejenak karena ada iring-iringan pejabat yang dikawal forijder.
Saya mau belok kanan distop oleh polisi. Iring-iringan itu berasal dari ruas jalan di depan saya, melewati jalan yang arahnya berlawanan, alias iring-iringan tersebut melawan arus. Tidak terjadi kecelakaan sih, secara kendaraan pada distop sebentar. Tapi tetap saja saya berpikir, kok seenaknya saja ya. Lampu merah dilanggar, jalan lawan arus pula. Entah apa yang dikejar mereka. Apakah ada rapat dadakan atau tamu negara yang tiba-tiba datang. Tapi mengingat mereka pejabat, agak tidak mungkin kalau mereka punya acara yang terburu-buru. Biasanya kegiatan pejabat negara serba terjadwal. Atau mungkin memang begitu peraturan negeri di awan(g) ku ini.
Teringat sebuah tulisan di kolom salah satu tabloid lokal. Saudara si kolumnis saat itu sekarat dan sedang dalam perjalanan ke rumah sakit dengan ambulan. Miris, ambulan kena lampu merah, macet, banyak halangan. Akhirnya pasien terlambat ditangani medis dan menghembuskan nafas terakhir di jalanan. Memang, itu takdir. Di manapun dia berada, kalau sudah ditentukan waktu pencabutan nyawa, dia pasti pergi. Tapi selaku keluarga pasti merasa kesal dan menyalahkan lalu lintas dan pengguna jalan yang tidak ramah.
Ambulan lah, yang sesungguhnya sangat butuh kawalan forijder. Karena mereka berpacu dengan waktu demi kelangsungan hidup orang yang mereka bawa. Ah, seandainya negara ini bisa lebih ramah.
Friday, December 9, 2011
Enaknya Jadi Pejabat
Published with Blogger-droid v2.0.1
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar... :)