Monday, October 31, 2011

Superhero yang Sebenarnya

Siapa superhero idolamu? Batman? Superman? Spiderman? Wonder Woman? Kalau aku, superhero idolaku, the one and only papa ku. Batman, Superman, dkk, mereka semua hebat, tapi tidak nyata. Suatu saat aku butuh bantuan, mereka tak bisa segera datang untuk menolong, seperti yang terlihat di film-film. Anak-anak pasti banyak kecewa, karena kejadian orang berteriak minta tolong, lalu datanglah Superman dengan poni khasnya untuk menolong, adegan seperti itu cuma ada di film.

Papa, seorang ayah yang hebat. Seperti seluruh ayah sedunia, mereka memang terlahir untuk menjadi penolong keluarga. Dari aku kecil sampai sebesar ini, kasih sayang papa masih bisa ku rasakan. Walau dalam bentuk yang tak dapat diungkapkan.

Saat kecil, yang paling ku ingat, papa suka mengelus-elus punggung kami, anak-anaknya, beberapa saat sebelum tidur. Ketika kami (aku dan adikku), sudah berbaring di tempat tidur 'bersama' (lihat postingan saya sebelumnya tentang 'ajaibnya' rumah kami), papa pun berbaring di sebelah kami dan mulai mengelus-elus punggung kami, sampai kami merasa nyaman lalu tertidur.

Jam kerja papa, tidak seperti karyawan pada umumnya. Papa yang bekerja di perusahaan media cetak, berangkat dari rumah sekitar pukul 16.00, tiba lagi di rumah pukul 18.00, dan berangkat kembali untuk bekerja pukul 20.00, dan pulang kembali tengah malam, kadang bahkan sampai jam 03.00 dinihari baru sampai di rumah. Sekarang jam kerja masih seperti itu sih, cuma kalau malam paling lama jam 00.30 sampai di rumah, itupun jarang. Seringnya jam 11an malam udah sampai rumah.

Waktu kami masih kecil, malam sebelum berangkat kembali ke kantor, papa dan kami (aku dan adikku, kedua kakakku tinggal di rumah nenek)punya kode salam khusus. Ada dua salam, cas (tos / high five), dan yang kedua cuk duer. Haaahaaaa.. Cuk duer, aku jadi senyum sendiri mengingat kata-kata itu. Cuk duer itu, cara salamnya, kelima jari disatukan seperti membentuk paruh bebek, lalu ujung dari jari kami masing-masing dipertemukan dengan ujung jari papa. Saat papa cuk duer dengan aku, yang dipertemukan ya ya ujung jari beliau denganku, lalu giliran adikku. Selalu begitu setiap mau pergi kerja, cas lalu cuk duer. :p

Dengan jam kerjanya yang tidak biasa itu, papa jadi punya kesempatan untuk mengantar-jemput kami sekolah. Terutama saat kelas 3-5 SD, jam sekolah aku dan adikku dimulai di siang hari. Siangnya diantar pakai motor. Gak tahu kenapa, padahal ada mobil, tapi urusan antar-mengantar kami papa lebih suka bawa motor. Padahal, yang dibonceng 2 orang, padet2 (baca: gendut) pula badannya. Aku di bagian depan, dan adikku dibonceng di bagian belakang. Begitu setiap hari. Saat aku duduk di kelas 6, which is jam sekolah sudah berubah lagi, masuk pagi pulang siang, adikku di kelas 5. Jadi, setelah men-drop adikku, beliau menjemputku. Sambil pulang kadang kami singgah beli makanan.

Ada satu kejadian, saat selesai membeli makanan, di jalan pulang tak sengaja bungkusan makanan itu jatuh ke jalan. Papa segera meminggirkan motor dan berlari ke tengah jalan untuk mengutip bungkusan yang jatuh itu. :'(

Saat aku memasuki masa SMP, papa masih mengantar kami ke sekolah. Pernah suatu ketika, saat akan berangkat sekolah mobil tiba-tiba mogok. Papa menawarkan kami untuk diantar dengan motor. Tapi kami yang sok hebat ini malah menolak dan lebih memilih angkot. Guess what? saat turun dari angkot, papa sudah ada di jalan depan sekolah kami dengan motornya dan menawarkan mengantar sampai ke depan sekolah (jaraknya dari jalan besar kira2 200m). Ya Alloh, maafkan kami yang sudah durhaka ini... :'(

Papaku yang hebat, saat kami kecil sering pergi tugas ke luar negeri. Hebatnya, di tengah kesibukannya meliput event di luar negeri (beberapa kali meliput World Cup), papa masih sempat mengirimkan postcard untuk kami. Salah satu postcard yang paling ku ingat (karena masih ada saat ini, disimpan oleh kakakku), bergambar Mickey Mouse dkk, dengan tulisan kira-kira begini, "Anin & Aan, papa lagi di Las Vegas, tempatnya Mickey Mouse....". Waktu kecil sih gak kerasa apa-apa waktu dapet postcard itu. Taunya papa lagi maen sama Mickey Mouse, itu aja. Tapi beberapa waktu lalu saat aku melihat postcard itu kembali, ada perasaan haru. Aku bisa melihat cinta dari kata-kata yang singkat itu.

Berjalannya waktu, cinta papa ke kami tak pernah hilang, malah semakin besar. Memang tak pernah ada kata sayang keluar dari mulutnya, tak juga keluar dari mulut kami. Tapi dari semua hal yang dilakukan beliau, mengandung cinta.

Papaku, di usia 50an ini, masih setia bekerja. Mengumpulkan pundi-pundi rupiah demi membahagiakan keluarga besarnya. Dengan kondisi kesehatan yang tak sesempurna dulu, tak pernah sekalipun ku dengar keluhan dari mulutnya. Papa, maaf anin belum bisa membahagiakan papa. Anin janji akan menjadikan papa sebagai ayah terhebat di dunia yang memiliki anak-anak yang membanggakan.


"Tuhan tolonglah, sampaikan sejuta sayangku untuknya. Ku trus berjanji, takkan khianati pintanya....."

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar... :)