Sekecil apa siiih rumah kami dulu? Hmm.. Coba bayangkan. Sebuah rumah yang terdiri dari 2 bagian, belakang dan depan. Biasa aja, kok, trus di mana kecilnya? Hmm.. Oke, biarkan saya bercerita dari awal ya..
Dulunya, keluarga kami berpindah-pindah. Sampai akhirnya, kami terdampar di sini. Daerah yang sering dikatain 'ndeso' saking jauhnya dari pusat kotA. Cukuuup sangat cukup aku mendengar ledekan tentang tempat tinggalku ini. Bahkan, salah seorang temanku pernah bilang rumah kami ini tempat jin buang s*ftex (pembalut-red.) *sedihnya*. Apa nama daerah itu?? TEMBUNG. Ya, bagi sebagian penduduk Medan, memang Tembung sering jadi sasaran ledekan. Misal ada anak yang sering terlambat sekolah, gurunya bilang: "Macam di Tembung aja rumahmu.". Di jalan liat orang pake baju dengan gaya abad 10, dikatain, "Dari Tembung tuh." Di mall-mall, liat orang berisik, ngomong kayak pake toa, dibilang, "Jangan nampakkan kali la orang Tembungnya. Yanasib jadi orang Tembung.......
Tapi enak kok, tinggal di sini. Jauh dari keramaian dan polusi. Rumah kami tanahnya gak begitu luas, gak sempit juga. Di sini ada dua rumah, dempetan, satu rumah kami, satu lagi rumah nenek. Awalnya, rumah nenek ditinggali nenek, ibu (adik papa) dan keluarganya 3 orang, om ku (adik papa) 3 orang, bunde ku (adik papa, bunde panggilan adik perempuan ayah dalam bahasa mandailing) 1 orang. Rumah nenek lebih luas dari kami, ya iyalah, keliatan dari jumlah penduduknya. heeheee... Rumah nenek terdiri atas 3 kamar tidur, ruang tamu, ruang makan, halaman belakang yang digunakan untuk memasak (dulu nenekku masih setia menggunakan tungku untuk memasak), dan halaman samping untuk ternak ayam dan kawan kawannya.
Rumah kami, terdiri atas 'teras' yang tidak lain adalah 6 unit tegel petak ukuran 30x30. Cuma jadi tempat persinggahan sendal aja. Heeeheee. Masuk dari pintu depan, langsung ke ruang 'segalanya'. Ruang dengan luas kira-kira 5x7m. Dikatakan ruang 'segalanya', karena di situlah tempat tidur, ruang makan, tempat belajar, ruang tamu, tempat nonton tv berada. Yang ada di ruangan itu tempat tidur, kursi+meja makan, tv, beberapa perabot, semuanya numplek blek tanpa sekat. Dulu kami tinggal hanya berempat, kakak-kakakku tinggal di rumah nenek. Satu tempat tidur kami tiduri berempat. Empet-empetan deh, untung dulu masih kurus. Heeeheeee... Setelah ruang 'segalanya', ruang belakang yang terdiri atas lemari built-in, itu tuh, lemari yang 'ditanam' di dinding, pas untuk ruangan yang kecil jadi gak makan ruang lagi. Dan juga ada kamar mandi di ruang belakang ini.
Halaman depan kami, ada pohon jambu air, yang setiap musim panen tak luput dari panjatan maut kami. Walaupun cara manjatnya dibantu mobil, naek ke kap mobil, manjat ke atap mobil, dari atap ngacung-ngacungin tangan untuk menjamah jambu yang agak rendah. Adikku dan sepupuku (keduanya laki2) biasanya lebih memilih memanjat langsung pohonnya. Orang yang lebih tua membantu kami dengan menggunakan galah.
Di bawah pohon jambu ini kami suka menyelenggarakan acara barbeque a la anak kampung. Kenapa anak kampung? Yang dibakar biasanya jagung, atau ubi. Dan cara memperoleh nya pun ngambil dari ladang orang. Naek sepeda di sekitaran rumah, liat pohon jagung, liat pohon ubi, sikaaaaattt!!!! Pulangnya hasilnya dikumpulin dan dimakan rame-rame. haaahaaaa... Maafkan kami ya, kalau dulu ada yang suka kehilangan jagung dan ubi. Tapi sesekali pernah juga, lho, kami BBQing dengan ayam. Mungkin karena orangtua kami dah sangat marah karena kami hobi ngambilin hasil kebun orang. Heeeheeee.... Nenek kami tercinta (masakan nenekku sangaaat sangaaat lezaaaat) yang mengungkep ayamnya, dan tinggal kami bakar. Yuuuuummmmmyyyy....
Bukan cuma pohon jambu, banyak juga pohon lain. Pohon mangga, nangka, renda, rukam, pohon buas-buas, dan banyaaaak pohon lainnya, bahkan pohon kelapa pernah ada lho. Dulu pernah ada pondok-pondokan di dekat pepohonan yang rimbun ini. Dan, pastinya, jadi basecamp kami, para anak petualang. Hwahaahaaa.... Tiap bulan puasa main meriam bambu. Jedar jeder senang tak terkira. Main masak-masakan, beda dengan BBQ itu, yang ini maen masak-masakan yang pake daun-daunan. Lilin untuk api kompornya, tutup kaleng bekas untuk wajan, batu bata tenpat nyangga 'wajan' dan pelindung lilin supaya gak mati ketiup angin. Daun-daun, bunga-bunga, buah-buah yang ada di halaman gak ketinggalan jadi bahan 'masakan' kami. Dan, gak ketinggalan, kerak lilin untuk 'minyak goreng'. Cesssss gorang goreng.... Lagaknya udah kayak koki aja.. :p
Perlahan-lahan terjadi renovasi di mana-mana. Voilaaaaaa..... Jadinya sekarang:
- Rumah Nenek
- Rumah Kami
Alhamdulillah sekali dengan kondisi rumah yang sekarang. Perlahan-lahan rumah ini 'tumbuh'. Dari yang tidak leluasa jadi sangat longgar. Tapi, gak enaknya ya itu tadi. Kalau ada telepon bunyi di depan dan semua lagi di belakang terpaksa lari-lari. Dan, kalau ada tamu di depan juga gak kedengaran bel nya. Tapi sudahlah, syukuri saja semua yang udah didapat. Berkat kerja keras orangtuaku, semuanya didapat. Ini rumah kami, rumah yang kami tempati bahkan sebelum aku lahir. Akan kami pertahankan rumah ini. Suatu saat akan ku ceritakan pada keturunanku tentang 'sejarah' rumah ini. Dan mereka pasti akan bangga dengan perjuangan kakek nenek mereka, papa mama ku, Rumah ku, istana ku.
No comments:
Post a Comment
Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar... :)