Thursday, July 7, 2011

Alangkah Tiba-tibanya Dia Menghampiri

Hari itu, Selasa 28 Juni 2011, berawal dengan biasa-biasa saja. Mengurus rumah (mama ku lagi mengunjungi kakakku di Pkl. Kerici, jadi mengurus rumah selama beliau pergi jadi tugasku)seperti biasa. Keluar dari rumah setelah kerjaan beres. Pergi ke studio foto langganan untuk bikin pas poto untuk keperluan wisuda nanti. Bagian ini agak 'nyeleneh', skripsi masih 50% udah kepedean aja nyiapin kelengkapan wisuda :p

Pergi ke kampus untuk jadi 'pompom girls' sidangnya teman baikku, Rany. Ya, kalau tidak ada halangan, aku memang selalu mengusahakan hadir di setiap hari penting teman-teman ku di kampus. Sekalian juga ingin mengunjungi perpus untuk cari referensi skripsi. Yah, ternyata perpusnya tutup. Ya sudahlah yang penting tetap bisa melihat wajah sumringah temanku yang baru saja diberikan dua huruf tambahan di belakang namanya, SP (Sarjana Pertanian). Untuk merayakannya, Rany memutuskan untuk menraktir kami makan (Uhuuuyy kami suka itu! :p)

Saat itu aku juga ada janji dengan teman baikku yang lain, Chaty. Setelah acara makan, Rany mengantar kami kembali ke kampus. Aku pun bergegas dari kampus menuju tempat janjianku dengan Chaty. Melewati jalan yang biasa ku lewati setiap pulang dari kampus, ntah kenapa tiba-tiba aku berbelok ke Jl.Iskandar Muda. Saat itu dalam pikiranku, "Ah, sekali-kali ganti suasana aja lah bosen lewat jalan itu terus."

Beberapa ratus meter, maksud hati ingin berbelok ke jalan-jalan kecil untuk menghindari macet, tapi ntah kenapa hati ini menolak dan memutuskan untuk terus. Jalan..terus...terus..terus...Brak! Tiba-tiba pandanganku berkunang-kunang. Aku dipapah ke pinggir jalan oleh seorang lelaki. Aku merasakan darah mengucur deras dari bibirku. Saat itu cuma satu hal yang terlintas: "GAK LAGI! GAK DALAM WAKTU DEKAT!" Yah, sebulan sebelumnya adikku mengalami kecelakaan motor, masa hanya berselang sebulan ada bencana lagi di keluarga kami. Bagaimana nanti perasaan orangtuaku???

Dengan perasaan hancur lebur aku diantar ke UGD RS terdekat oleh pria yang memapahku tadi dan seorang kakak. Sesakit-sakitnya tubuhku, aku merasakan sakit yang lebih luar biasa di hatiku. Yaaa... Bagaimana aku nantinya? Bagaimana kalau aku cacat? Bagaimana kalau wajahku jadi sangat jelek? Bagaimana dengan kuliahku yang tinggal beberapa langkah lagi untuk diselesaikan? Pikiranku sangat sangatcarut marut. Kakak yang mengantarku sudah menghubungi kakakku tentang keadaanku, dan aku pun lalu mengabari pacarku.

Beberapa saat kemudian papa dan adikku sampai di RS. Aku lalu menjalani rontgen, dan diputuskan untuk menemui dokter spesialis ortopedic dan traumatic untuk melihat kondisi jari tangan ku yang tidak berada di posisi semestinya. Pergilah kami ke praktek dokter yang direkomendasikan oleh RS tersebut. Dan pacarku mendapat tugas untuk mengambil barang-barangku yang tertinggal di lokasi jatuh ku. Kata sang dokter, jalan satu-satunya untuk memperbaiki: OPERASI. Zzzzziiiing seketika duniaku berputar. Seumur-umur tidak pernah cinta dengan yang namanya operasi. Tapi, dokter tersebut ternyata sedang ada kemalangan jadi tidak bisa mengurusku. Akhirnya kami diserahkan ke dr. Edwin Marpaung, Sp.OT. Setelah bertemu dengan dokter tersebut, dibuat janji operasi dan aku pun dibawa pulang sebentar untuk berganti pakaian.

Pukul 09.00 tiba di RS, diinfus. Oh God seumur-umur tidak pernah menyentuh infus. Sakitnya luar biasa Belum lagi suntikan untuk ambil sampel darah. Tapi saat itu masih bisa nahan rasa sakit, gak sampai mewek. Tibalah saat operasi. Jeeeng jeeeeeng dagdigdug rasanya tak berhenti. Tidak boleh ada yang menemani. Masuklah dokter perempuan, sepertinya asisten dr.Edwin. Suntik sana-sini buat bius. Awalnya berhasil nahan sakit, tapi waktu dokter nyuntik di bagian lain yang sangat dalam, dan saat bersamaan suster menyuntikkan obat tidur ke dalam infus, aku pun meraung-raung, "Dokteeeer sakit dokteeeeerrrr!!!! Susteeeeeerrr sakiiiiiitttttt...!!!!" *hiks,bayanginnya aja bikin aku nangis lagi*

Sekonyong-konyong aku mulai tak sadar. Ntahlah apa yang mereka perbuat pada tanganku yang mungil ini. Setelah beberapa saat tertidur, sayup-sayup terdengar juga apa yang mereka bicarakan, tapi mata ini tak sanggup dibuka. Tiba-tiba suster menyuntikkan obat tidur lagi dan saya pun meraung lagi, "Susteeeeerr sakiiiiittt...!!!!" Dan aku merasakan kakiku gemetar hebat,lalu mereka memberikan selimut. Tak lama, aku merasakan selimut dinaikkan sampai menutup kepalaku. Yang terpikir saat itu,"Ya Alloh operasinya gagal ya? Aku gak bisa selamat ya? Aku udah mati? Tapi monitor denyut nya masih bersuara, kok. Apa udah sampai di sini aja nyawaku?" *sumpah aku betul-betul nyangka mereka nutupin kepalaku karena aku dah mati*

Sayup-sayup terdengar suara dr.Edwin dan dr satunya lagi. Yang aku ngerti cuma "nylon". Yup, nama benang. Pasti mereka sudah akan menjahit luka bekas operasi. Waktu itu aku sadar, tapi ntah kenapa untuk membuka mata berat rasanya. Sampai akhirnya dr perempuan manggil-manggil, "Nin.. Nin.. Udah selesai, Nin..." Berarti aku masih hidup dong :) *alhamdulillah* Setelah selesai lalu pindah ke ruang rawat, di situ dapet telp dari mamaku sayang yang pasti sangat khawatir mikir anaknya karena beliau lagi jauh. I'm okay, Mom, Dont worry..

Pagi sebelum kejadian.. Tidak terbersit sedikitpun akan mendapat musibah itu. Datangnya sangat tiba-tiba. Tanpa peringatan. Tapi, jadi peringatan. Mengingatkan aku akan kebesaran Nya yang luar biasa. Jadi, maka jadilah. Dia bilang, lewat jalan itu, maka aku lewat. Dia bilang, jangan berbelok, maka aku menurut. Dia bilang, jatuhlah, maka aku jatuh. Terimakasih Tuhanku, Kau ingatkan aku yang sering lalai. Maafkan aku untuk saat ini belum bisa berterima kasih karena kondisiku masih belum memungkinkan untuk Sholat. Tapi aku tahu, Alloh yang baik hati pasti mengerti doa yang selalu ada dalam hatiku. Jaga kami selalu, Ya Alloh.. :)

No comments:

Post a Comment

Jangan lupa tinggalkan jejak dengan memberikan komentar... :)